Minggu, 27 Oktober 2013
Potensi perikanan di kabubaten pinrang
Potensi Pinrang
Kabupaten Pinrang yang terletak 150 km dari Kota Makassar, merupakan salah satu andalan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam bidang perikanan.
Daerah berpenduduk 322.429 jiwa yang memiliki panjang pantai 93 km itu, dikenal sebagai penghasil rumput laut, udang windu, cakalang, ikan tuna, kerapu, kakap dan lainnya lago.
Bupati Pinrang Drs H.Andi Nawir Pasinringi MP mengutarakan, potensi perikanan di daerah itu meliputi perikanan laut dan darat.
Pada 2004, potensi perikanan laut yang berhasil digarap mencapai 11.132,06 ton. Sedang potensi perikanan darat meliputi usaha perikanan di sungai, waduk, rawa, kolam dan sawah melalui kegiatan mina padi, produksinya mencapai 854,04 ton per tahun.Dari potensi perikanan laut dan darat itu, terdapat ragam jenis ikan yang dapat dieksploitasi untuk dipasarkan,” ujar Andi Nawir Pasinringi didampingi Kepala Dinas Eksplorasi Laut dan Perikanan Ir H Armin Sanusi MP.
Komoditas unggulan meliputi udang windu, rumput laut, bandeng, ikan mas, nila dan udang galah. Komoditas non-unggulan, di antaranya cakalang, ikan tuna, kerapu, kakap, dan kepiting. “Meski tidak diunggulkan, masyarakat tetap mengembangkan komoditas tersebut,” ujar Nawir.
Nawir menguraikan, produksi udang windu yang dikembangkan melalui budidaya tambak diperkirakan 12.588 ton pertahun. Namun pada 2004 mengalami penurunan yang cukup drastis, yakni 2.233, 92 ton karena adanya penyakit yang menyerang udang windu menjelang panen.
Potensi udang windu, menurut Nawir, dikelola di atas lahan seluas 15,735 hektare. Pengembangan usaha budidaya udang windu dilaksanakan di 6 kecamatan di Kabupaten Pinrang, di antaranya Kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattirosompe, Cempa Lembang dan Duampanua.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pinrang juga mengoptimalkan budidaya rumput laut. Kegiatan ini digelorakan setelah Kabupaten Pinrang dicanangkan sebagai daerah pengembangan potensi perikanan di Provinsi Sulawesi Selatan. Potensi areal rumput laut mencapai 1.100 hektare dan realisasi tanam pada 2004 seluas 177 hektare dan total produksinya 405,53 ton.
Budidaya rumput laut, menurut Kadis Eksplorasi Laut dan Perikanan Amri Sanusi, dikembangkan di 5 kecamatan, masing-masing kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattiro, Sompe dan Cempa.
“Dari ke-5 tempat itu, Kecamatan Suppa memiliki luas lahan budidaya rumput laut yang terbesar yaitu 105 hektare,” papar Amri.
Komoditas lain, lanjutnya, yakni ikan bandeng yang kini sudah memasuki pasar ekspor ke berbagai negara dan daerah lainnya di Indonesia. Produksi bandeng di daerah ini mencapai 14.921.03 ton (2004) dengan luas arealnya mencapai 15.735 hektare.
Begitu pula dengan ikan mas yang dikembangkan di dalam kolam, sawah dan pada 2004, produksi ikan mas mencapai 524,91 ton dengan luas pemeliharaan mencapai 950,62 hektare. Ikan nila dan udang galah juga banyak dikembangkan petani Kabupaten Pinrang. Udang galah, menurut Armin Sanusi, mulai dibudidayakan di kolam dan sawah pada 2000. Animo masyarakat untuk membudidayakan potensi udang galah memang cukup besar, namun petani terhadang dengan persoalan benih yang sangat terbatas.
“Benih udang galah kan didatangkan dari pulau Bali dan Takalar, Sulsel dan untuk mengatasi keluhan petani itu, Pemda Pinrang membangun pembibitan udang galah di Desa Tadang Palie, Cempa,” terang Armin.
Ikan cakalang, banyak dijumpai di sejumlah daerah di Sulsel dan Sulbar, termasuk di Kabupaten Pinrang. Hanya saja, katanya, ikan cakalang bukan komoditas unggulan namun memiliki pangsa pasar yang cukup besar. Potensi ikan cakalang di perairan Sulsel diperkirakan mencapai 123.085 ton. Potensi tersebut dikembangkan dengan menggunakan kapal dan alat tangkap lainnya.
Potensi kepiting di Pinrang meliputi kepiting bakau dan kepiting rajungan. Penyebaran kedua kepiting itu dapat ditemukan di daerah pantai yang dangkal atau di muara sungai yang ditumbuhi hutan bakau. “Wilayah pengembangan kepiting bakau dipusatkan di Kecamatan Suppa dan Duampanua,” ujarnya.
Pada 2004, produksi kepiting rajungan mencapai 40,4 ton dan kepiting bakau 24,4 ton dan diekspor ke negara Hong Kong, Jepang, Taiwan dan Singapura,” ujarnya.
Dalam mengembangkan komoditi perikanan, menurut Nawir Pasinringi, terkadang terkendala berbagai persoalan, di antaranya masalah pengembangan produksi perikanan laut yang tidak merata pemanfaatannya, mutu lingkungan menurun akibat dari gulma air atau pendangkalan perairan serta sapta usaha pertambakan belum optimal, begitu pula masalah pemasaran. “Namun kita tetap optimis untuk mengatasi persolan itu dengan melakukan terobosan atau menjaling kemitraan,” papar Pasinringi.
Terbuka Peluang Investasi
Bupati Pinrang, mengungkapkan menurut hasil survei, potensi sumber daya ikan di perairan laut selat Makassar mencapai 307.380 ton per tahun. Selain itu, terdapat pula potensi perikanan untuk wilayah perairan yang hingga saat ini belum diketahui secara pasti dan belum dimanfaatkan oleh nelayan, terutama nelayan di Kabupaten Pinrang.
Di Kabupaten Pinrang, lanjutnya, armada perikanan mulai beroperasi sejak 2004. Armada perikanan itu tercatat 236 buah kapal motor dan 1.154 perahu motor dan tanpa motor sebanyak 1.847 buah. “Pemkab Pinrang tetap membuka diri dan memberikan kemudahan pelayanan terhadap investor yang menanamkan modalnya dalam usaha pengembangan perikanan laut,” ujarnya.
Nawir menambahkan, peluang usaha budidaya tambak di Kabupaten Pinrang memiliki prospek cerah . Usaha budidaya tambak dilakukan dengan intensifikasi dan diversifikasi dan luas tambak di Kabupaten Pinrang berkisar 15.735 hektar dan peluang usaha di pertambakan meliputi usaha hatchery dan penggelondongan.
Letak Geografis Wilayah
Kabupaten Pinrang yang terletak di bagian tengah Propinsi Sulawesi Selatan, yang secara geografis terletak antara 119018’30” sampai dengan 119035’30” BT dan 03030’10” sampai 04005’30” LS, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
o Sebelah utara : Kabupaten Tana Toraja
o Sebelah timur : Kotamadya Pare-pare
o Sebelah selatan : Kabupaten Enrekang dan Sidrap
o Sebelah barat : Kabupaten Polmas dan Selat Makassar
Luas, Bentuk dan Pemanfaatan Wilayah
Luas wilayah pesisir
Kabupaten Pinrang memiliki luas wilayah 1.961,77 km2 atau sama dengan 196.177 hektar. Wilayah administrasi Kabupaten Pinrang terbagi menjadi 12 Kecamatan dengan 144 desa/kelurahan (39 kelurahan dan 65 desa). Berdasarkan analisis pada rupabumi skala 1 : 500.000 dan Administrasi Kabupaten Pinrang serta klarifikasi data lapangan didapatkan total wilayah pesisir sekitar 69.237 Ha untuk wilayah daratan dan menyebar pada 6 Kecamatan, termasuk wilayah perairan sekitar 38.852 Ha, untuk jelasnya dapat dilihat pada Peta Administrasi pada tabel berikut:
Tabel 1. Total luas wilayah pesisir per kecamatan Kabupaten Pinrang
No Wilayah/Kecamatan Luas Wilayah Pesisir
Ha %
1 Wilayah Darat Lembang 1.308 1,88
2 Wilayah Darat Duampanua 10.361 14,96
3 Wilayah Darat Cempa 3.447 4,97
4 Wilayah Darat Mattiro Sompe 7.386 10,66
5 Wilayah Darat Lanrisang 2.807 4,05
6 Wilayah Darat Suppa 5.176 7,47
7 Wilayah Perairan Laut dan Sungai + 38.852 56,11
T o t a l + 69.237 100,00
Bentuk Wilayah
Wilayah pesisir Kabupaten Pinrang sebagian besar bertopografi datar dan landai dengan kelerengan 0 – 2 % dan 2 – 5 %, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Wilayah datar dominan digunakan untuk pertambakan dan persawahan, sedang wilayah landai dominan untuk pemukiman penduduk dan perkebunan campuran dan lain-lain. Kondisi wilayah perairan dengan topografi datar sangat landai dengan kelerengan 0 – 5 % ini didominasi wilayah pesisir dengan luas 38,852 Ha atau 56,11 %.
Tabel 2. Total dan keadaan bentuk wilayah pesisir Kabupaten Pinrang
No. Keadaan Bentuk Wilayah Jumlah Luas
Ha %
1 Kecamatan Lembang (darat)
- Datar (0 – 2 %)
- Landai (2 – 5 %) 981
327 1,41
0,47
2 Kecamatan Duampanua (darat)
- Datar (0 – 2 %)
- Landai (2 – 5 %) 7.770,75
2.590,25 11,22
3,74
3 Kecamatan Cempa (darat)
- Datar (0 – 2 %)
- Landai (2 – 5 %) 2.585,50
861,75 3,73
1,24
4 Kecamatan Mattiro Sompe (darat)
- Datar (0 – 2 %)
- Landai (2 – 5 %) 5.539,50
1.846,50 8,00
2,66
5 Kecamatan Lanrisang (darat)
- Datar (0 – 2 %)
- Landai (2 – 5 %) 210,25
701.75 3,04
1,01
6 Kecamatan Suppa (darat)
- Datar (0 – 2 %)
- Landai (2 – 5 %) 4.399,60
776,40 6,35
1,12
7 Wilayah perairan dan sungai datar sampai dengan landai + 38.852,00 + 56,11
T o t a l 69.237,00 100,00
Jenis dan Tipe Penggunaan Lahan
Berdasarkan data lapangan, terdapat total luas wilayah pesisir Kabupaten Pinrang sebesar 63.239.00 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Tipe penggunaan lahan wilayah pesisir Kab. Pinrang
No. Tipe Penggunaan Lahan Luas
Ha %
1 Lahan padi sawah 6.913,88 9,98
2 Lahan tambak/kolam 15.735,00 22,72
3 Wilayah hutan mangrove 58,55 0,08
4 Tegalan dan kebun campuran 7.958,07 11,49
5 Wilayah laut dan sungai + 38.852,00 56.11
6 Lainnya 80,00 0,11
Total + 69.237,00 100,00
Sedangkan penggunaan lahan pesisir untuk pertambakan (budidaya air payau) menempati seluas 15.795,00 Ha atau 22,72 % dengan perincian sebagai berikut :
PRODUKSI PERIKANAN
- Perikanan Tangkap
Produksi sektor perikanan Kabupaten Pinrang sangat ditunjang dengan adanya potensi perikanan tangkap, perairan umum, budidaya air payau dan budidaya air tawar. Pada tahun 2008 produksi dari sub sektor perikanan sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut :
No Uraian Produksi (ton)
1 Perikanan Laut
1. Ikan
2. Udang
3. Rumput Laut 11.184,8
10.704,9
280,4
399,5
2 Budidaya Tambak
1. Ikan bandeng
2. Udang 17.213,8
14.946,4
2.267,4
3 Perikanan Air Tawar
1. Kolam, sawah, waduk
2. Rawa dan sungai 876,2
547,3
328,9
Berdasarkan data diatas hasil produksi perikanan tangkap masih belum memadai karena masih banyak nelayan yang tidak memiliki sarana perlengkapan. Kab. Pinrang, umumnya nelayan menggunakan alat tradisional seperti perahu tanpa motor dan perahu motor tempel yang tentu saja berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Selain itu prasarana produksi perikanan tangkap seperti Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang meliputi ; break water, revetment, dermaga atau jetty, fasilitas fungsional (TPI dan pasar ikan) dan fasilitas penunjang lainnya masih sangat minim. Dengan demikian perlu ada pengembangan prasarana dibeberapa lokasi yang berpotensi.
- Perikanan Budidaya
Potensi budidaya air payau di Kabupaten Pinrang adalah pengembangan budidaya tambak dengan luas areal kurang lebih 15.814 Ha. Produksi dari kegiatan budidaya tambak ini terdiri dari udang sebanyak 2.148,5 ton, produksi ikan bandeng sebanyak 15.068,11 dan rumput laut jenis Gracillaria sebanyak 151.20 ton untuk luas areal 72 Ha. Jumlah tenaga kerja yang bergerak di bidang ini sebanyak 10.881 orang atau sekitar 3.767 kk.
Produksi udang budidaya (krustasea) dari tahun ke tahun cenderung mengalami stagnasi dan penurunan produktivitas, oleh karena itu dalam upaya untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Pinrang dengan beberapa langkah-langkah antara lain :
1. Perlu zonasi lahan budidaya sesuai dengan tingkat kesesuaian lahan terhadap komoditi tertentu sehingga penerapan manajemen pengelolaan budidaya sesuai dengan wilayah pengembangan komoditi (mis ; zona pengembangan udang windu, zona udang galah, zona polikultur udang, bandeng dan rumput laut, dll).
2. Pembangunan dan rehabilitasi prasarana budidaya termasuk sarana transportasi dalam pendistribusian sarana produksi dan produksi perikanan budidaya.
3. Pengembangan dan pembinaan petani pembenihan dan pentokolan ikan dan udang sebagai upaya agar mutu dan jumlah kebutuhan benih dapat terpenuhi tepat waktu.
4. Pengendalian dan pengawasan sarana produksi terutama jenis pestisida dan obat-obatan yang digunakan di tambak.
5. Pengembangan pengolahan hasil budidaya untuk komoditi ekspor diarahkan pada peningkatan mutu dan prosedur pengolahan sesuai standar kualitas ekspor.
6. Pengembangan informasi pasar dan promosi produk, dan
7. Penguatan kelembagaan kelompok penangkar benih dan pembudidaya sebagai wadah dalam pengembangan SDM petani.
Kamis, 03 Oktober 2013
Potensi pinrang di bidang perikanan
Potensi Pinrang
Kabupaten Pinrang yang
terletak 150 km dari Kota Makassar, merupakan salah satu andalan Provinsi
Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam bidang perikanan.
Daerah berpenduduk 322.429 jiwa yang memiliki panjang pantai 93 km itu, dikenal sebagai penghasil rumput laut, udang windu, cakalang, ikan tuna, kerapu, kakap dan lainnya lago.
Bupati Pinrang Drs H.Andi Nawir Pasinringi MP mengutarakan, potensi perikanan di daerah itu meliputi perikanan laut dan darat.
Pada 2004, potensi perikanan laut yang berhasil digarap mencapai 11.132,06 ton. Sedang potensi perikanan darat meliputi usaha perikanan di sungai, waduk, rawa, kolam dan sawah melalui kegiatan mina padi, produksinya mencapai 854,04 ton per tahun.Dari potensi perikanan laut dan darat itu, terdapat ragam jenis ikan yang dapat dieksploitasi untuk dipasarkan,” ujar Andi Nawir Pasinringi didampingi Kepala Dinas Eksplorasi Laut dan Perikanan Ir H Armin Sanusi MP.
Komoditas unggulan meliputi udang windu, rumput laut, bandeng, ikan mas, nila dan udang galah. Komoditas non-unggulan, di antaranya cakalang, ikan tuna, kerapu, kakap, dan kepiting. “Meski tidak diunggulkan, masyarakat tetap mengembangkan komoditas tersebut,” ujar Nawir.
Nawir menguraikan, produksi udang windu yang dikembangkan melalui budidaya tambak diperkirakan 12.588 ton pertahun. Namun pada 2004 mengalami penurunan yang cukup drastis, yakni 2.233, 92 ton karena adanya penyakit yang menyerang udang windu menjelang panen.
Potensi udang windu, menurut Nawir, dikelola di atas lahan seluas 15,735 hektare. Pengembangan usaha budidaya udang windu dilaksanakan di 6 kecamatan di Kabupaten Pinrang, di antaranya Kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattirosompe, Cempa Lembang dan Duampanua.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pinrang juga mengoptimalkan budidaya rumput laut. Kegiatan ini digelorakan setelah Kabupaten Pinrang dicanangkan sebagai daerah pengembangan potensi perikanan di Provinsi Sulawesi Selatan. Potensi areal rumput laut mencapai 1.100 hektare dan realisasi tanam pada 2004 seluas 177 hektare dan total produksinya 405,53 ton.
Budidaya rumput laut, menurut Kadis Eksplorasi Laut dan Perikanan Amri Sanusi, dikembangkan di 5 kecamatan, masing-masing kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattiro, Sompe dan Cempa.
“Dari ke-5 tempat itu, Kecamatan Suppa memiliki luas lahan budidaya rumput laut yang terbesar yaitu 105 hektare,” papar Amri.
Komoditas lain, lanjutnya, yakni ikan bandeng yang kini sudah memasuki pasar ekspor ke berbagai negara dan daerah lainnya di Indonesia. Produksi bandeng di daerah ini mencapai 14.921.03 ton (2004) dengan luas arealnya mencapai 15.735 hektare.
Begitu pula dengan ikan mas yang dikembangkan di dalam kolam, sawah dan pada 2004, produksi ikan mas mencapai 524,91 ton dengan luas pemeliharaan mencapai 950,62 hektare. Ikan nila dan udang galah juga banyak dikembangkan petani Kabupaten Pinrang. Udang galah, menurut Armin Sanusi, mulai dibudidayakan di kolam dan sawah pada 2000. Animo masyarakat untuk membudidayakan potensi udang galah memang cukup besar, namun petani terhadang dengan persoalan benih yang sangat terbatas.
“Benih udang galah kan didatangkan dari pulau Bali dan Takalar, Sulsel dan untuk mengatasi keluhan petani itu, Pemda Pinrang membangun pembibitan udang galah di Desa Tadang Palie, Cempa,” terang Armin.
Ikan cakalang, banyak dijumpai di sejumlah daerah di Sulsel dan Sulbar, termasuk di Kabupaten Pinrang. Hanya saja, katanya, ikan cakalang bukan komoditas unggulan namun memiliki pangsa pasar yang cukup besar. Potensi ikan cakalang di perairan Sulsel diperkirakan mencapai 123.085 ton. Potensi tersebut dikembangkan dengan menggunakan kapal dan alat tangkap lainnya.
Potensi kepiting di Pinrang meliputi kepiting bakau dan kepiting rajungan. Penyebaran kedua kepiting itu dapat ditemukan di daerah pantai yang dangkal atau di muara sungai yang ditumbuhi hutan bakau. “Wilayah pengembangan kepiting bakau dipusatkan di Kecamatan Suppa dan Duampanua,” ujarnya.
Pada 2004, produksi kepiting rajungan mencapai 40,4 ton dan kepiting bakau 24,4 ton dan diekspor ke negara Hong Kong, Jepang, Taiwan dan Singapura,” ujarnya.
Dalam mengembangkan komoditi perikanan, menurut Nawir Pasinringi, terkadang terkendala berbagai persoalan, di antaranya masalah pengembangan produksi perikanan laut yang tidak merata pemanfaatannya, mutu lingkungan menurun akibat dari gulma air atau pendangkalan perairan serta sapta usaha pertambakan belum optimal, begitu pula masalah pemasaran. “Namun kita tetap optimis untuk mengatasi persolan itu dengan melakukan terobosan atau menjaling kemitraan,” papar Pasinringi.
Terbuka Peluang Investasi
Daerah berpenduduk 322.429 jiwa yang memiliki panjang pantai 93 km itu, dikenal sebagai penghasil rumput laut, udang windu, cakalang, ikan tuna, kerapu, kakap dan lainnya lago.
Bupati Pinrang Drs H.Andi Nawir Pasinringi MP mengutarakan, potensi perikanan di daerah itu meliputi perikanan laut dan darat.
Pada 2004, potensi perikanan laut yang berhasil digarap mencapai 11.132,06 ton. Sedang potensi perikanan darat meliputi usaha perikanan di sungai, waduk, rawa, kolam dan sawah melalui kegiatan mina padi, produksinya mencapai 854,04 ton per tahun.Dari potensi perikanan laut dan darat itu, terdapat ragam jenis ikan yang dapat dieksploitasi untuk dipasarkan,” ujar Andi Nawir Pasinringi didampingi Kepala Dinas Eksplorasi Laut dan Perikanan Ir H Armin Sanusi MP.
Komoditas unggulan meliputi udang windu, rumput laut, bandeng, ikan mas, nila dan udang galah. Komoditas non-unggulan, di antaranya cakalang, ikan tuna, kerapu, kakap, dan kepiting. “Meski tidak diunggulkan, masyarakat tetap mengembangkan komoditas tersebut,” ujar Nawir.
Nawir menguraikan, produksi udang windu yang dikembangkan melalui budidaya tambak diperkirakan 12.588 ton pertahun. Namun pada 2004 mengalami penurunan yang cukup drastis, yakni 2.233, 92 ton karena adanya penyakit yang menyerang udang windu menjelang panen.
Potensi udang windu, menurut Nawir, dikelola di atas lahan seluas 15,735 hektare. Pengembangan usaha budidaya udang windu dilaksanakan di 6 kecamatan di Kabupaten Pinrang, di antaranya Kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattirosompe, Cempa Lembang dan Duampanua.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pinrang juga mengoptimalkan budidaya rumput laut. Kegiatan ini digelorakan setelah Kabupaten Pinrang dicanangkan sebagai daerah pengembangan potensi perikanan di Provinsi Sulawesi Selatan. Potensi areal rumput laut mencapai 1.100 hektare dan realisasi tanam pada 2004 seluas 177 hektare dan total produksinya 405,53 ton.
Budidaya rumput laut, menurut Kadis Eksplorasi Laut dan Perikanan Amri Sanusi, dikembangkan di 5 kecamatan, masing-masing kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattiro, Sompe dan Cempa.
“Dari ke-5 tempat itu, Kecamatan Suppa memiliki luas lahan budidaya rumput laut yang terbesar yaitu 105 hektare,” papar Amri.
Komoditas lain, lanjutnya, yakni ikan bandeng yang kini sudah memasuki pasar ekspor ke berbagai negara dan daerah lainnya di Indonesia. Produksi bandeng di daerah ini mencapai 14.921.03 ton (2004) dengan luas arealnya mencapai 15.735 hektare.
Begitu pula dengan ikan mas yang dikembangkan di dalam kolam, sawah dan pada 2004, produksi ikan mas mencapai 524,91 ton dengan luas pemeliharaan mencapai 950,62 hektare. Ikan nila dan udang galah juga banyak dikembangkan petani Kabupaten Pinrang. Udang galah, menurut Armin Sanusi, mulai dibudidayakan di kolam dan sawah pada 2000. Animo masyarakat untuk membudidayakan potensi udang galah memang cukup besar, namun petani terhadang dengan persoalan benih yang sangat terbatas.
“Benih udang galah kan didatangkan dari pulau Bali dan Takalar, Sulsel dan untuk mengatasi keluhan petani itu, Pemda Pinrang membangun pembibitan udang galah di Desa Tadang Palie, Cempa,” terang Armin.
Ikan cakalang, banyak dijumpai di sejumlah daerah di Sulsel dan Sulbar, termasuk di Kabupaten Pinrang. Hanya saja, katanya, ikan cakalang bukan komoditas unggulan namun memiliki pangsa pasar yang cukup besar. Potensi ikan cakalang di perairan Sulsel diperkirakan mencapai 123.085 ton. Potensi tersebut dikembangkan dengan menggunakan kapal dan alat tangkap lainnya.
Potensi kepiting di Pinrang meliputi kepiting bakau dan kepiting rajungan. Penyebaran kedua kepiting itu dapat ditemukan di daerah pantai yang dangkal atau di muara sungai yang ditumbuhi hutan bakau. “Wilayah pengembangan kepiting bakau dipusatkan di Kecamatan Suppa dan Duampanua,” ujarnya.
Pada 2004, produksi kepiting rajungan mencapai 40,4 ton dan kepiting bakau 24,4 ton dan diekspor ke negara Hong Kong, Jepang, Taiwan dan Singapura,” ujarnya.
Dalam mengembangkan komoditi perikanan, menurut Nawir Pasinringi, terkadang terkendala berbagai persoalan, di antaranya masalah pengembangan produksi perikanan laut yang tidak merata pemanfaatannya, mutu lingkungan menurun akibat dari gulma air atau pendangkalan perairan serta sapta usaha pertambakan belum optimal, begitu pula masalah pemasaran. “Namun kita tetap optimis untuk mengatasi persolan itu dengan melakukan terobosan atau menjaling kemitraan,” papar Pasinringi.
Terbuka Peluang Investasi
Bupati
Pinrang, mengungkapkan menurut hasil survei, potensi sumber daya ikan di
perairan laut selat Makassar mencapai 307.380 ton per tahun. Selain itu,
terdapat pula potensi perikanan untuk wilayah perairan yang hingga saat ini
belum diketahui secara pasti dan belum dimanfaatkan oleh nelayan, terutama
nelayan di Kabupaten Pinrang.
Di Kabupaten Pinrang, lanjutnya, armada perikanan mulai beroperasi sejak 2004. Armada perikanan itu tercatat 236 buah kapal motor dan 1.154 perahu motor dan tanpa motor sebanyak 1.847 buah. “Pemkab Pinrang tetap membuka diri dan memberikan kemudahan pelayanan terhadap investor yang menanamkan modalnya dalam usaha pengembangan perikanan laut,” ujarnya.
Nawir menambahkan, peluang usaha budidaya tambak di Kabupaten Pinrang memiliki prospek cerah . Usaha budidaya tambak dilakukan dengan intensifikasi dan diversifikasi dan luas tambak di Kabupaten Pinrang berkisar 15.735 hektar dan peluang usaha di pertambakan meliputi usaha hatchery dan penggelondongan.
Di Kabupaten Pinrang, lanjutnya, armada perikanan mulai beroperasi sejak 2004. Armada perikanan itu tercatat 236 buah kapal motor dan 1.154 perahu motor dan tanpa motor sebanyak 1.847 buah. “Pemkab Pinrang tetap membuka diri dan memberikan kemudahan pelayanan terhadap investor yang menanamkan modalnya dalam usaha pengembangan perikanan laut,” ujarnya.
Nawir menambahkan, peluang usaha budidaya tambak di Kabupaten Pinrang memiliki prospek cerah . Usaha budidaya tambak dilakukan dengan intensifikasi dan diversifikasi dan luas tambak di Kabupaten Pinrang berkisar 15.735 hektar dan peluang usaha di pertambakan meliputi usaha hatchery dan penggelondongan.
Letak Geografis Wilayah
Kabupaten
Pinrang yang terletak di bagian tengah Propinsi Sulawesi Selatan, yang secara
geografis terletak antara 119018’30” sampai
dengan 119035’30” BT dan 03030’10” sampai 04005’30” LS, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
o Sebelah
utara : Kabupaten
Tana Toraja
o Sebelah
timur : Kotamadya Pare-pare
o Sebelah
selatan : Kabupaten Enrekang dan Sidrap
o Sebelah
barat : Kabupaten
Polmas dan Selat Makassar
Luas, Bentuk dan Pemanfaatan Wilayah
Luas wilayah pesisir
Kabupaten
Pinrang memiliki luas wilayah 1.961,77 km2 atau sama dengan 196.177 hektar.
Wilayah administrasi Kabupaten Pinrang terbagi menjadi 12 Kecamatan dengan 144
desa/kelurahan (39 kelurahan dan 65 desa). Berdasarkan analisis pada rupabumi
skala 1 : 500.000 dan Administrasi Kabupaten Pinrang serta klarifikasi data
lapangan didapatkan total wilayah pesisir sekitar 69.237 Ha untuk wilayah
daratan dan menyebar pada 6 Kecamatan, termasuk wilayah perairan sekitar 38.852
Ha, untuk jelasnya dapat dilihat pada Peta Administrasi pada tabel
berikut:
Tabel 1. Total luas wilayah pesisir per
kecamatan Kabupaten Pinrang
No
|
Wilayah/Kecamatan
|
Luas
Wilayah Pesisir
|
|
Ha
|
%
|
||
1
|
Wilayah Darat Lembang
|
1.308
|
1,88
|
2
|
Wilayah Darat Duampanua
|
10.361
|
14,96
|
3
|
Wilayah Darat Cempa
|
3.447
|
4,97
|
4
|
Wilayah Darat Mattiro Sompe
|
7.386
|
10,66
|
5
|
Wilayah Darat Lanrisang
|
2.807
|
4,05
|
6
|
Wilayah Darat Suppa
|
5.176
|
7,47
|
7
|
Wilayah Perairan Laut dan Sungai
|
+ 38.852
|
56,11
|
T o t a l
|
+ 69.237
|
100,00
|
Bentuk Wilayah
Wilayah pesisir Kabupaten Pinrang
sebagian besar bertopografi datar dan landai dengan kelerengan 0 – 2 % dan 2 –
5 %, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Wilayah
datar dominan digunakan untuk pertambakan dan persawahan, sedang wilayah landai
dominan untuk pemukiman penduduk dan perkebunan campuran dan lain-lain.
Kondisi wilayah perairan dengan topografi datar sangat landai dengan kelerengan
0 – 5 % ini didominasi wilayah pesisir dengan luas 38,852 Ha atau 56,11 %.
Tabel 2. Total dan keadaan bentuk
wilayah pesisir Kabupaten Pinrang
No.
|
Keadaan Bentuk
Wilayah
|
Jumlah Luas
|
|
Ha
|
%
|
||
1
|
Kecamatan Lembang (darat)
- Datar (0 –
2 %)
- Landai (2 –
5 %)
|
981
327
|
1,41
0,47
|
2
|
Kecamatan Duampanua (darat)
- Datar (0 –
2 %)
- Landai (2 –
5 %)
|
7.770,75
2.590,25
|
11,22
3,74
|
3
|
Kecamatan Cempa (darat)
- Datar (0 –
2 %)
- Landai (2 –
5 %)
|
2.585,50
861,75
|
3,73
1,24
|
4
|
Kecamatan Mattiro Sompe (darat)
- Datar (0 –
2 %)
- Landai (2 –
5 %)
|
5.539,50
1.846,50
|
8,00
2,66
|
5
|
Kecamatan Lanrisang (darat)
- Datar (0 –
2 %)
- Landai (2 –
5 %)
|
210,25
701.75
|
3,04
1,01
|
6
|
Kecamatan Suppa (darat)
- Datar (0 –
2 %)
- Landai (2 –
5 %)
|
4.399,60
776,40
|
6,35
1,12
|
7
|
Wilayah perairan dan sungai datar
sampai dengan landai
|
+ 38.852,00
|
+ 56,11
|
T o t a l
|
69.237,00
|
100,00
|
Jenis dan Tipe Penggunaan Lahan
Berdasarkan data lapangan, terdapat
total luas wilayah pesisir Kabupaten Pinrang sebesar 63.239.00 Ha. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Tipe penggunaan lahan wilayah
pesisir Kab. Pinrang
No.
|
Tipe Penggunaan
Lahan
|
Luas
|
|
Ha
|
%
|
||
1
|
Lahan padi sawah
|
6.913,88
|
9,98
|
2
|
Lahan tambak/kolam
|
15.735,00
|
22,72
|
3
|
Wilayah hutan mangrove
|
58,55
|
0,08
|
4
|
Tegalan dan kebun campuran
|
7.958,07
|
11,49
|
5
|
Wilayah laut dan sungai
|
+ 38.852,00
|
56.11
|
6
|
Lainnya
|
80,00
|
0,11
|
Total
|
+ 69.237,00
|
100,00
|
Sedangkan penggunaan lahan pesisir
untuk pertambakan (budidaya air payau) menempati seluas 15.795,00 Ha atau
22,72 % dengan perincian sebagai berikut :
PRODUKSI PERIKANAN
- Perikanan Tangkap
Produksi sektor perikanan Kabupaten
Pinrang sangat ditunjang dengan adanya potensi perikanan tangkap, perairan
umum, budidaya air payau dan budidaya air tawar. Pada tahun 2008 produksi
dari sub sektor perikanan sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut :
No
|
Uraian
|
Produksi
(ton)
|
1
|
Perikanan Laut
1. Ikan
2. Udang
3. Rumput
Laut
|
11.184,8
10.704,9
280,4
399,5
|
2
|
Budidaya Tambak
1. Ikan
bandeng
2. Udang
|
17.213,8
14.946,4
2.267,4
|
3
|
Perikanan Air Tawar
1. Kolam,
sawah, waduk
2. Rawa
dan sungai
|
876,2
547,3
328,9
|
Berdasarkan
data diatas hasil produksi perikanan tangkap masih belum memadai karena masih
banyak nelayan yang tidak memiliki sarana perlengkapan. Kab. Pinrang, umumnya
nelayan menggunakan alat tradisional seperti perahu tanpa motor dan perahu
motor tempel yang tentu saja berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Selain itu
prasarana produksi perikanan tangkap seperti Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
yang meliputi ; break water, revetment,
dermaga atau jetty, fasilitas fungsional (TPI dan pasar
ikan) dan fasilitas penunjang lainnya masih sangat minim. Dengan demikian
perlu ada pengembangan prasarana dibeberapa lokasi yang berpotensi.
- Perikanan Budidaya
Potensi
budidaya air payau di Kabupaten Pinrang adalah pengembangan budidaya tambak
dengan luas areal kurang lebih 15.814 Ha. Produksi dari kegiatan budidaya
tambak ini terdiri dari udang sebanyak 2.148,5 ton, produksi ikan bandeng
sebanyak 15.068,11 dan rumput laut jenis Gracillaria sebanyak
151.20 ton untuk luas areal 72 Ha. Jumlah tenaga kerja yang bergerak di
bidang ini sebanyak 10.881 orang atau sekitar 3.767 kk.
Produksi udang budidaya (krustasea)
dari tahun ke tahun cenderung mengalami stagnasi dan penurunan produktivitas,
oleh karena itu dalam upaya untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan
pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Pinrang dengan beberapa langkah-langkah
antara lain :
1. Perlu
zonasi lahan budidaya sesuai dengan tingkat kesesuaian lahan terhadap komoditi
tertentu sehingga penerapan manajemen pengelolaan budidaya sesuai dengan
wilayah pengembangan komoditi (mis ; zona pengembangan udang windu, zona udang
galah, zona polikultur udang, bandeng dan rumput laut, dll).
2. Pembangunan
dan rehabilitasi prasarana budidaya termasuk sarana transportasi dalam
pendistribusian sarana produksi dan produksi perikanan budidaya.
3. Pengembangan
dan pembinaan petani pembenihan dan pentokolan ikan dan udang sebagai upaya
agar mutu dan jumlah kebutuhan benih dapat terpenuhi tepat waktu.
4. Pengendalian
dan pengawasan sarana produksi terutama jenis pestisida dan obat-obatan yang
digunakan di tambak.
5. Pengembangan
pengolahan hasil budidaya untuk komoditi ekspor diarahkan pada
peningkatan mutu dan prosedur pengolahan sesuai standar kualitas ekspor.
6. Pengembangan
informasi pasar dan promosi produk, dan
7. Penguatan
kelembagaan kelompok penangkar benih dan pembudidaya sebagai wadah dalam
pengembangan SDM petani.
Langganan:
Postingan (Atom)