Selasa, 12 November 2013

Laporan Perbenihan Ikan Nila di Balai Benih Ikan (BBI) 0mpo kab.soppeng





PERBENIHAN IKAN NILA (Oreocromis niloticus)
DI BALAI BENIH IKAN (BBI) AIR TAWAR OMPO
KABUPATEN SOPPENG

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

OLEH :
AHMAD RISALDI
NIS : N.500.3.11.002

PROGRAM KEAHLIAN : TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH
(SUPM) NEGERI BONE
2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
            Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang amat kaya dan potensial, baik di wilayah perairan tawar (darat), pantai maupun perairan laut. Potensi sumber daya perikanan meliputi keanekaragaman jenis ikan dan lahan perikanan. Ikan Nila adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di seluruh pelosok tanah air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup populer. Penyebabnya yaitu ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang telah memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan didunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang. (Khairuman dan Khairul, 2003).
Awalnya, konsep pengembangan budidaya ikan nila semata-mata hanya terfokus pada cara agar ikan nila bisa diterima masyarakat di negara-negara berkembang dengan tujuan meningkatkan gizi masyarakat bertingkatkan ekonomi rendah. Kuncinya cukup sederhana, yaitu menyebarluaskan ikan yang cepat berkembang biak dan memiliki harga jual yang murah. Tampaknya konsep tersebut meniru keberhasilan penyebar luasan ikan mujair untuk mencukupi gizi masyarakat pada Perang Dunia II berlangsung. Hal ini dapat tercapai dengan mudah karena tingkat produktivitas dan kemampuan berkembang biak ikan mujair cukup tinggi. Namun, dalam hal ukuran tubuh, ikan mujair dinilai masih kurang menguntungkan untuk diusahakan karena bobot tubuhnya relatif kecil dan tidak dapat diupayakan lagi peningkatannya. Karena itu, fokus perhatian kemudian dialihkan kepada ikan nila yang mampu mencapai bobot tubuh jauh lebih besar dan tingkat produktivitasnya juga cukup tinggi. Dengan demikian, penilaian tentang ikan nila sebagai ikan yang memiliki laju pertumbuhan cepat didunia perikanan. Dalam perkembangannya, para peneliti ternyata tidak puas dengan hanya menyebarluaskan ikan nila biasa atau nila lokal yang sudah terbukti memiliki laju pertumbuhan jauh lebih cepat dibandingkan ikan mujair (Khairuman dan Khairul, 2003).
kegiatan perbenihan Ikan Nila di Balai Bebih Ikan (BBI) Ompo dilakukan mulai dari Persiapan kolam sampai Panen. Tujuan dilakukan perbenihan ini untuk memenuhi permintaan benih dari dalam daerah maupun luar daerah dengan jumlah banyak.

B.     Tujuan dan manfaat
Tujuan praktik kerja lapang(PKL) ini pada kegiatan pemijahan ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
    a.  Mendapatkan keterampilan teknis dalam perbenihan ikan Nila.
b. Mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh  selama praktik kerja lapang yang dapat diterapkan di kemudian hari.
2. Manfaat
            Kegiatan praktik lapangan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai Tehnik Budidaya Perbenihan Ikan Nila di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo, Kabupaten Soppeng, dan menjadi sumber informasi bagi masyarakat perikanan.
            Ikan Nila merupakan salah satu jenis air tawar yang banyak dipelihara oleh masyarakat, selain karena pertumbuhannya cepat juga kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan di kolam, sungai, danau, rawa, waduk, sawah hinnga tambak. Kebutuhan akan benih ikan nila di Kabupaten Soppeng dan daerah sekitarnya cukup banyak, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka salah satu peran penting Balai Benih Ikan (BBI) Ompo Kabupaten Soppeng adalah memenuhi kebutuhan akan benih ikan untuk daerah-daerah sekitarnya. Di balai ini telah dilakukan perbenihan ikan nila secara alami.
            Atas dasar itu pertimbangan tersebut penyusunan mengambil judul “Perbenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo Kabupaten Soppeng.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi Ikan Nila menurut Pauji (2007) adalah sebagai berikut :
Philum                            :  Chordata
Subphilum                      :  Vertebrata
Kelas                             :  Osteichthyes
Subkelas                        :   Achantopterigii
Ordo                               :   Perciformes
SubOrdo                         :   Percoidei
Famili                             :   Cichlidae
Genus                            :   Oreochromis
Spesies                          :   Oreochromisniloticus.
Awalnya, ikan nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva didalam mulut induknya. Dalam perkembangannya, para pakar perikanan menggolongkan ikan nila kedalam jenis sarotherdonniloticus atau kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya didalam mulut jantan dan betinanya. 

Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp.  Nama Nilotika menunjukkan tempat ikan ini berasal, yakni sungai Nil di Benua Afrika.  Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda dengan kelompok tilapia.  Secara umum, bentuk tubuh Ikan Nila panjang tepinya berwarna putih. Gurat sisi (Linea literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah.  Sirip punggung berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip dadanya juga tampak hitam.  Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Khairuman dan Khairul, 2003).
B.     Daur Hidup dan Perkembangbiakan
Secara alami, Ikan Nila bisa memijah sepanjang tahun di daerah tropis,. Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan.  Di alamnya, ikan nila bisa memijah 6-7 kali dalam setahun. Berarti, rata-rata setiap dua bulan sekali, Ikan Nila akan berkembang biak.  Ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4-5 bulan dengan bobot sekitar 250 gram (Arie, 2000).
C.     Makan dan Kebiasaan Makan
            Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga bisa mengomsumsi makanan berupa hewan maupun tumbuhan. Karena itulah, ikan ini sangat mudah dibudidayakan.  Ketika masih benih, makanan yang disukai Ikan Nila adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp., Moina sp., Daphnia sp. Selain itu juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda dihabitat hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai makanan tambahan, misalnya Pellet (Arie, 2000).
D.     Habitat dan Penyebaran
            Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari sungai, danau, rawa, waduk, sawah, kolam hingga tambak.
            Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38ºC dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-37ºC. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimal bagi ikan nila adalah 25-30ºC. Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14ºC atau pada suhu tinggi 38ºC. Ikan Nila akan mengalami kematian pada suhu 6ºC atau 42ºC (Sucipto dan Prihartono, 2007).
            Secara alami ikan ini melakukan migrasi dari habitat aslinya, yakni dibagian hulu sungai Nil yang melewati Uganda ke arah selatan melewati danau Raft dan Tanganyika.
Selain itu ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria dengan campur tangan manusia, saat ini ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia, dari Benua Afrika,  Amerika, Eropa, Asia sampai Australia (Khairuman dan Khairul, 2003).

BAB III
PELAKSANAAN
A.     Waktu dan Tempat
            Pelaksanaan  Praktik  Kerja  Lapang  (PKL) berlangsung  mulai  tanggal  1  Februari  sampai  dengan  26  mei  2013.  Adapun  lokasi  praktik  yang  penyusun  tempati,  yaitu  di UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Ompo,  yang terletak di Jl.Merdeka di Kelurahan Lapajung, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi bangunan Balai Benih Ikan (BBI) Ompo Soppeng berjarak kurang lebih 2 km dari pusat kota Soppeng.
Batas-batas wilayah Desa Lapajung, adalah :
1.     Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cenrana
2.     Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Botto
3.     Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lawo


B.    Keadaan Lokasi
            Keadaan  lokasi  dalam  suatu  daerah  sangat  berpengaruh  terhadap keberhasilan  suatu unit  usaha  pemijahan  ikan.  Adapun  keadaan  lokasi  BBI Ompo  adalah  sebagai  berikut  :
1.      Topografi
            BBI Ompo  terletak  di wilayah  Kecamatan  Lalabata  mempunyai  ketinggian  200  meter  dari  permukaan  laut  dengan keadaaan  tanah datar.
2.    Vegetasi
            Di dalam  lokasi  BBI  tumbuh  beragam  jenis  tumbuhan.  Adapun  jenis  tumbuhan  tersebut  antara  lain  kelapa,  ubi  kayu,  pisang  dan  berbagai  jenis  sayuran  yang  dapat  di manfaatkan  untuk  dikonsumsi.
3.    Suhu
            Suhu  air  pada  musim  penghujan  yaitu  24oC  dan  pada  musim  kemarau  mencapai  30oC.
4.    Hidrologi
            Perolehan  air  tawar  untuk  mengairi  BBI  Ompo berasal dari  sumber  mata  air  Ompo  dan  dari  sungai  yang  mengalir  tepat  bersebelahan  dengan  unit  perbenihan. 
5.    Keadaan Tanah
            Keadaan tanah di lokasi BBI Ompo  agak  gersang  lapisan  tanah  humus jauh dibawah permukaan tanah sehingga apabila ingin dijadikan  media budidaya harus benar-benar diolah terlebih dahulu.
6.    Status Kepemilikan
            BBI  Ompo  adalah  instansi  milik  pemerintah  daerah  tingkat  II  Soppeng  yang  dikelola  secara  teknis  oleh  dinas  peternakan  dan  perikanan.
D.     KEGIATAN-KEGIATAN
1.      Persiapan wadah
Persiapan sangat penting dilakukan sebelum kegiatan dimulai karena dengan adanya persiapan maka kegiatan yang akan dilakukan dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun persiapan yang dilakukan sebelum pengolahan tanah yaitu dengan memperhatikan peralatan-peralatan yang dibutuhkan serta kondisi kolam yang akan digunakan untuk kegiatan pemijahan ikan nila.

a.      Pengeringan
Kolam yang digunakan untuk pembenihan ikan nila di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo, yaitu kolam semi intensif dengan luas 24 x 12 cm.
            Pengeringan dilakukan dengan cara membuang seluruh air kolam dengan menutup pintu masuk air dan membuka pintu pengeluaran air dan berlangsung selama satu hari. Kolam dibiarkan terjemur sinar matahari selama  ± 4–7 hari sampai tanah dasar retak-retak jika cuaca mendukung. Pengeringan bertujuan memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah dasar dan membuang gas-gas beracun.(gambar. a)
b.      Pembalikan Tanah Kolam
Pembalikan tanah kolam dilakukan dengan menggunakan hand traktor untuk mempermudah pekerjaan kemudian menggunakan cangkul untuk mengatur kemiringan kearah pintu pengeluaran air, Pembalikan tanah bertujuan agar tanah dasar kedap air, dan strukturnya baik.
Sebelum dilakukan Pembalikan tanah kolam terlebih dahulu dilakukan pengisian air macak-macak, setelah itu baru dilakukan pembalikan tanah dasar menggunakan hand traktor untuk mempermudah pekerjaan kemudian menggunakan cangkul untuk mengatur kemiringan kearah pintu pengeluaran air, Pembalikan tanah bertujuan agar tanah dasar kedap air, strukturnya baik dan bebas dari hama dan penyakit. (gambar. b)

Gambar 1. Persiapan tanah dasar kolam

 a). pengeringan kolam  b). pembalikan tanah kolam
c.      Pemupukan dan pengapuran
            Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk urea dengan dosis 250 kg per hektar, Setelah pupuk ditimbang, dilakukan pemupukan ke dasar kolam.Penebaran pupuk ini dilakukan secara merata keseluruh dasar kolam. Tujuan dilakukan pemupukan ini yaitu untuk menumbuhkan pakan alami.
            Contoh Aplikasi Pemupukan :
Ø  Jenis pupuk           : Pupuk Urea
Ø  Dosis                    : 250kg/10.000
             
                                                 

Gambar 2. Pemupukan

 a)  Penimbangan Pupuk            b). penebaran pupuk

            Sedangkan pengapuran menggunakan kapur pertanian dengan dosis 90 kg per hektar.
Contoh Aplikasi Pengapuran :
Ø  Jenis kpur : kapur tohor
Ø  Dosis                    : 90 kg / 10.000 m²


Ø  Luas kolam            : P x L
            : 24 x 12 = 450 m

Tujuan dari pengapuran.adalah untuk menetralkan pH tanah.  Balai Benih Ikan (BBI) Ompo ini hanya dilakukan jika diperlukan, Karena di BBI Ompo rata-rata pH tanah normal yaitu 7-8.
d.      Pengisian air
            Sebelum pengisian air dilakukan, pintu pengeluaran ditutup, pintu pemasukan dipasangi saringan supaya hama-hama yang lain tidak masuk kedalam kolam. Setelah dipasangi saringan, pintu pemasukan dibuka.Pengisian air dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Air yang digunakan berasal dari waduk Ompo melalui saluran beton, kemudian kolam pemijahan didiamkan selama 2-3 hari untuk menumbuhkan pakan alami, setelah pakan alami sudah tumbuh kita bisa mengetahuinya dengan berubahnya warna air kolam menjadi kehijauan.


Gambar 3. Pengisian Air
2.      Pemilihan calon induk
a.      Seleksi induk Nila jantan dan betina
Induk ikan Nila yang ingin dipijahkan diambil dari kolam induk, Pertama-tama air pada kolam induk dikurangi dengan membuka pintu pengeluaran air dan memasang saringan agar ikan tidak keluar dari kolam. Sehingga tersisa air dengan ketinggian ± 10 cm untuk mempermudah penangkapan. Calon induk ikan Nila ditangkap satu persatu dengan menggunakan serok kemudian dilakukan pengamatan.
Gambar 4. Penagkapan induk
            Seleksi induk ikan Nila dilakukan dengan pengamatan dengan memperhatikan ciri-ciri induk berkualitas baik sebagai berikut :
1)    Kondisi sehat
2)    Bebas dari hama dan penyakit
3)    Bentuk badan normal
4)    Sisik besar dan tersusun rapi
5)    Kepala relatif kecil dibandingkan dengan badan
6)    Badan tebal dan berwarna mengkilap (tidak kusam)
7)    Gerakan lincah
Apabila induk tersebut sudah dipanen semua, dilakukan pemilihan induk yang akan dipijahkan dengan perbandingan jantan dan betina adalah
1 : 3 berat induk  yang diseleksi adalah 200 - 300 gr  mampu menghasilkan telur sebanyak 200 - 3000 butir per ekor.
Perbedaan induk jantan dan betina dapat dilihat dari warnanya.Induk betina lebih cerah dengan warna kehijauan, sedangkan induk jantan warnanya agak kabur kehitam-hitaman (gambar 5). Induk jantan memiliki 1 lubang kelamin berbentuk memanjang, yang digunakan sebagai tempat mengeluarkan sperma dan air seni. Sementara betina memiliki 2 lubang kelamin yang digunakan untuk mengeluarkan sperma dan air seni.  Setelah induk selesai diseleksi, induk ditampung pada hapa yang sudah disiapkan.


Gambar 5. Perbedaan jantan dan betina


Gambar 6. Hapa yang sudah di siapkan
3.      Penebaran induk
            induk ikan Nila yang sudah dipilih kemudian ditebar ke kolam pemijahan, penebaran sebaiknya dilakukan  pada pagi hari dengan jumlah induk 32 ekor, dimana induk jantan berjumlah 8 ekor dan induk betina berjumlah 24 ekor.

Gambar 7. Penebaran induk
4.      Pemijahan
         Induk ikan Nila yang ingin dipijahkan dipelihara dulu secara khusus di dalam kolam pemijahan selama 30 - 45 hari.
a.      Pemberian pakan
               Selama pemijahan, induk ikan diberi makanan khusus yang banyak mengandung protein tinggi. Upaya untuk memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Balai Benih Ikan (BBI) Ompo adalah dengan pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat total ikan peliharaan. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad dan mendapatkan kualitas telur yang baik.



Gambar 8. Pemberian pakan pada kolam pemijahan
 a).Pakan buatan(pelet)  b). Pemberian pakan
b.      Pengukuran Kualitas air
            Air merupakan media yang digunakan untuk bertahan hidup pertumbuhan dan reproduksi bagi ikan nila hitam. Kualitas air yang memenuhi persyaratan sangat diperlukan untuk kenyamanannya. Selain itu, kualitas air yang baik akan mewujudkan pencapaian target produksi.
            Menurut Sucipto, dkk (2007), secara umum ikan nila dapat hidup dalam air dengan kandungan oksigen 0,3-0,5 mg/liter. Namun demikian, untuk meningkatkan produktifitas ikan, kandungan oksigen terlarut dalam air sebaiknya dijaga pada level di atas 5 mg/liter. Pada level dibawah 1 mg/liter dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan. Pengukuran oksigen terlarut dilakukan 1 kali dalam seminggu.
            Pengukuran ini dilakukan 3 kali sehari, yaitu : pagi, siang dan sore. Hasil pengukuran kualitas air tertera pada lampiran 3.



Gambar 9. Aplikasi pengukuran kualitas air (oksigen terlarut)
 a).DO meter                 b).Pengukuran
            Berdasarkan hasil pengukuran oksigen terlarut di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo, maka layak dilakukan kegiatan produksi Ikan Nila.
c.      Proses pemijahan
            Setelah ditebar induk-induk ikan Nila tidak langsung memijah secara alami Ikan Nila punya waktu tersendiri untuk memijah. Bila telah mendapatkan  pasangan, ikan jantan membuat cekungan di dasar kolam sebagai tempat pemjihan. Cenkungan berbentuk bulat,  cekung dengan garis tengah kira-kira 30-50 cm atau tergantung ukuran induk ikan. Setelah cekungan selesai di buat, pasangan ikan Nila melakukan Pemijahan pada siang hari pada waktu 09.00-15.00.(Ongkeng, 2012).
            Selama proses pemijahan induk betina bearada didalam cekungan kemudian induk jantan mendekati induk betina dan pada saat itu induk betina mengeluarkan telurnya. Telur-telur itu tersimpan dalam cekungan dan dalam waktu yang bersamaan induk jantan menghamburkan spermanya disitu dan terjadilah pembuahan (fertiliasi).
Gambar 10. Cekungan yang di buat oleh induk jantan 
 
            Telur yang telah dibuahi lalu di kulum dan disimpan di dalam mulut induk betina, selama betina menyimpan telur didalam mulutnya induk betina tidak makan sehingga kelihatan kurus. Telur menetas setelah 2 hari anak nila (burayak) yang baru menetas masih mengandung kantong kuning telur. Ukuran burayak yang baru menetas antara 0,9-1 mm. Burayak ini masih terus  tinggal di dalam mulut induknya sampai 5-7 hari sampai kuning telurnya terserap habis. Setelah itu burayak mulai mencari makan di luar mulut induknya.
5.      Pengecekan    
            Jika induk ikan sudah mencapai hari ke 30 hari maka dilakukan pengecekan, apakah sudah terjadi pemijahan/tidak, hal ini dapat di ketahui dengan cara turun langsung ke dasar kolam pemijahan dengan meraba dengan menggunakan kaki,  jika merasa terdapat banyak lubang maka di situlah terjadi pemijahan, biasanya puncak pemijahan ikan nila sampai hari ke 45. Jika puncak pemijahan sudah selesai maka dilakukan pengeringan kolam.
6.      Pemindahan induk
          Setelah pengecekan maka dilakukan Pengeringan dengan menyisakan air ± 10 cm, pengeringan dilakukan untuk mempermudah penangkapan induk ikan nila, dan mempermudah penanganan telur yang dikeluarkan dari mulut induk ikan nila betina.
Gambar 11. Pengeringan Kolam Pemijahan
             Ikan-ikan yang ada dalam kolam harus dipanen semua karena jika ada yang tertinggal dapat mempengaruhi pertumbuhan benih Ikan Nila dan mempengaruhi Survival Rate (Kelangsungan Hidup). Sebagaimana kita ketahui bahwa ikan nila merupakan ikan kanibal dapat memakan benih ikan nila yang baru menetas. Dalam pemanenan induk maksimal 2 orang yang ada dalam kolam, karena di khwatirkan telur-telur yang ada di dalam kolam yang tidak menetas bisa terinjak jika terlalu banyak melakukan panen induk.
Gambar 12. Pemindahan induk
7.      Pengisian air  pada kolam pemijahan sekaligus pendederan 1
             Apabila ikan-ikan yang ada dalam kolam sudah dipanen semua maka segera lakukan pengisian air kembali. karna telur ikan nila berada di dasar kolam, sebab induk ikan nila mengeluarkan telur dari mulutnya jika merasa terancam, di situlah semua telur-telur keluar semua (Ongkeng, 2012). Pintu pengeluaran ditutup kembali dan diisi air. Sebelum air dimasukkan, terlebih dahulu dipasang saringan pada pintu pemasukan supaya ikan-ikan lain tidak masuk ke dalam kolam.
Gambar 13. Pengisian air Pada Kolam Pemijahan
8.      Perawatan larva
Telur yang sudah menetas akan menjadi larva, pada perawatan larva ini harus dilakukan pengontrolan dengan baik, hal ini dikarenakan larva ikan sangat rentan terhadap perubahan kualitas air, jika ini terjadi langkah yang harus dilakukan adalah pemasangan kincir atau blower agar oksigen dapat masuk kedalamkolam dan karbon dioksida berkurang dan tidak terjadi persaingan oksigen (Ongkeng, 2012).
                Selama masa pemeliharaan larva, Pakan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pemeliharaan larva ikan nila karena dapat mempengaruhi pertumbuhan larva Ikan Nila. Benih berumur sehari belum perlu diberi makanan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur.
            Pakan tambahan di berikan pada larva ikan pada saat berumur 7-10 hari, pakan tambahan dapat berupa pelet yang di haluskan dengan cara di gerus kemudian di saring dengan menggunakan tapisan teh tujuannya agar larva dapat mencerna dengan mudah, Selama pemeliharaan larva ikan nila, pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu : pagi antara 07.00-08.00 WITA, siang antara 12.00-13.00 WITA dan sore hari antara jam 16.00-17.00 WITA.
9.      Panen dan pemasaran
a.    panen
Sebelum pemanenan dilakukan, kolam pendederan disurutkan airnya sekitar jam 04.00 atau jam 05.00 pagi pagi. Air disurutkan secara perlahan-lahan agar benih ikan tidak mudah stres. Setelah air surut benih mulai dipanen menggunakan seser halus dan diangkut menggunakan ember untuk di tampung di tempat yang sudah disiapkan. Pada umumnya dasar kolam telah dirancang miring dan ada saluran di tengah kolam. Setelah itu pada dasar kolam tersebut ada bagian kolam yang lebih dalam sehingga ketika air disurutkan maka benih akan mengumpul pada bagian dalam tersebut, benih ikan yang ada di dalam kolam kemudian ditangkap semua.


                                                    Gambar 14. Pemanen pada kolam benih 
a). Panen b). Tempat penampungan benih

b.      Pemasaran
Gambar 15. Benih yang siap dipasarkan
Pemsaran yang dilakukan di BBI Ompo ada 3 cara yaitu :
1.    Pembeli langsung datang ke lokasi pemasaran, biasanya pembeli yang langsung datang di lokasi ini berasal dari Kabupaten Soppeng maupun luar Soppeng. Biasanya sebelum pembeli datang mereka terlebih dahulu memesan beberapa jumlah benih yang mereka butuhkan karena terkadang benih tersebut habis di sebabkan oleh banyaknya pembeli. Pemasaran benih di BBI Ompo  sangat lancar karena kualitas benih yang bagus sehingga disukai banyak orang.
2.    Pemasaran melalui kelompok tani. Setelah di pasarkan melalui kelompok tani, mereka biasanya datang sendiri ke tempat pemasaran dan mengambil benih yang sudah di panen. Setelah itu mereka tebar di sawah dan akan memasarkan sendiri.
3.      Pembeli hanya memesan atau tidak datang langsung ke lokasi pemasaran. Biasanya pembeli seperti ini berada di luar provinsi, jadi mereka hanya memesan beberapa jumlah benih yang mereka perlukan.
              Adapun cara packing yang dilakukan yaitu kantong diisi air sebanyak ¼ dari ketinggian kantong . yang sudah dihitung di masukkan ke dalam kantong yang telah di isi air. Kemudian kantong diisi oksigen murni dan diikat menggunakan karet gelang kemudian kantong dimasukkan dalam kardus yang telah di sediakan.


Gambar 16. packing
Tabel 3. Ukuran dan harga Benih Ikan Nila
No.
Ukuran (cm)
Harga  (Rp)
1.
1 – 3
50 – 250
2.
3 – 5
250 – 500
3.
5 – 8
500 – 1000
4.
8 – 12
1000 - 1.500

BAB IV
MASALAH DAN PEMECAHAN
A.     Masalah
1.      Seringkali pemanenan dilakukan pada suhu yang tinggi, ini dikarnakan air pada kolam terlambat keluar atau habis
2.      Induk ikan Nila terkadang memakan benihnya sendiri.
3.      Biasanya mulai bulan april-juni terdapat banyak hama karena air disekitar BBI Ompo kurang. Karena pada saat itu sawah sementara panen.
B.     Pemeahan
1.      Pintu pengeluaran sebaiknya di buka pada tengah malam sehingga pada pagi hari kolam sudah surut dan bisa dilakukan pemanenan.
2.      Jika masa peeliharaan sudah sampai maka lakukan pengecekan, setelah sudah banyak lubang di dapat maka lakukan segera pengeringan kolam untuk memindahkan induk Ikan Nila.
3.      Lakukan pengecekan/pengontrolan secara berkala. Agar jika ada masalah bisa cepat ditanggulangi.
BAB V
 KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1.      Induk ikan nila hitam yang digunakan untuk pemijahan memiliki berat ± 200-300 gr/ekor baik jantan maupun betina dengan perbandingan 1:3 (1 jantan : 3 Betina).
2.      Teknik produksi benih Ikan Nila hitam dilakukan selama 3 bulan mulai dari persiapan wadah sampai panen.
3.      Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari baik pemeliharaan induk maupun pemeliharaan benih.
4.      Benih yang dihasilkan 2 cm dengan jumlah 18.000 ekor.
B.     Saran
1.      Dalam pemeliharaan induk harus diperhatikan waktu pemeliharaan.
2.      Pemberian pakan harus diperhatikan supaya pertumbuhannya sesuai dengan keinginan.

DAFTAR PUSTAKA

Arie, U. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya. Jakarta.

Cahyono, B. 2002.Budidaya Ikan Air Tawar, Kanisius. Yogyakarta.
Judantari, Sri., Khairuman dan Amri. 2008. Nila Nirwana Prospek Bisnis dan Tekhnik  Budidaya Nila Unggul.Gramedia. Jakarta.

Khairuman dan Khairul, A 2003.Budidaya ikan Nila secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Pauji, A. 2007.Beberapa teknik Produksi Induk Unggul ikan nila dan ikan Mas.Disampaikan pada pelatihan tenaga teknis sewilayah timur Indonesia.BBAT Tatelu, Manado.

Sucipto, A. dan Prihartono, E. 2007.Pembesaran Nila Merah Bangkok. Penebar Swadaya, Jakarta.
LAMPIRAN




Lampiran 1 : Struktur Organisasi UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Ompo Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan
Lampiran 2. Denah Lokasi UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Ompo Kabupaten  Soppeng.
Lampiran 3. Hasil pengukuran kualitas air (Oksigen terlarut)

Gambar : Tabung oksigen
Gambar : Genset
Gambar : Basket
Gambar : Timbangan elektronik