Tekhnik Pembesaran Udang Vannamei
Oleh :
Nama : Ahmad Risaldi
Nis : N.500.3.11.002
Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Bone
Badan Pengembangan SumberDaya Perikanan Dan Kelautan
Kementerian Kelautan Dan Perikanan
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
merupakan udang asli perairan Amerika Latin. Udang ini dibudidayakan mulai dari
pantai barat Meksiko ke arah selatan hingga daerah Peru. Beberapa
petambak di Indonesia mulai mencoba membudidayakan udang vannamei, karena hasil
yang dicapai sangat luar biasa. Apalagi produksi udang windu yang saat ini
sedang mengalami penurunan karena serangan penyakit, terutama penyakit bercak
putih (white spot syndrome virus) (Haliman R.W dan Adijaya D. S, 2005).
Menurut Haliman R.W dan Adijaya D.S, (2005), Kehadiran
udang vannamei diakui sebagai penyelamat dunia pertambakan udang Indonesia.
Petambak mulai bergairah kembali,begitu pula para operator
pembenihan udang. Operator mulai
membenikan udang vannamei untuk memenuhi kebutuhan petambak.
Awal mula
pembudidayaan udang vannamei dilakukan di Jawa Timur. Petambak di Jawa Timur
sangat antusias terhadap udang vannamei, bahkan 90% petambak mengganti
komuditas budidaya dari udang windu menjadi udang vannamei.
Dengan
semakin banyaknya petambak udang vannamei maka diperlukan prosedur budidaya
yang benar. Dengan demikian prokdukvitas udang vannamei dapat ditingkatkan.Oleh
karena itu penulis tertarik untuk menggambil judul Teknik Pembesaran Udang
Vannamei.
1.2
Tujuan Dan Manfaat
a.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah agar dapat mengetahui cara dan tehnik yang benar dalam
pembesaran udang vannamei (Litopenaeus
vannamei)
b.
manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah ini
adalah memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang teknik pembesaran udang
vannamei di tambak yang meliputi : Persiapan lahan, Persiapan sarana tambak,
Penebaran benur, Monitoring kualitas air, Manajement pakan, Pengendalian hama
dan penyakit, Monitoring pertumbuhan, Panen.
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A.
Biologi Udang Vannamie
1.
Morfologi
morfologi
tubuh udang vannamei dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite
dan endopodite.
a.
Kepala (thorax)
Kepala udang vannamei terdiri atas antenula,
antena, madibula dan 2 pasang maxillae. Kepala udang
vanname juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki
berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda)
b.
Perut (abdomen)
Abdomen terdiri dari
dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan
sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson.
Vannamei memiliki tubuh yanng berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit
luar atau eksoskelaton secara priodik (moulting).
c.
Habitat dan penyebarannya
udang vaname hidup di dua habitat dalamsiklus hidupnya. Udang dewasa hidup dan bertelur
di laut. Telur akan menetasmenjadi
nauplius, kemudian setelah 45-60 jam akan berkembang menjadi mysis setelah lima
hari. Mysis berkembang menjadi post larva setelah empat atau lima hari.
Selama stadia nauplius sampai dengan post larva, hidupnya mengikuti gerakan
air dan arus laut. Post larva yang hidup dipantai-pantai berkembang menjadi
udang muda (juvenile) di rawa-rawa air payau. Setelah dewasa, udang beruaya ke laut untuk memijah..
Siklus Hidup Udang Vanname
d.
Taksonomi
klasifikasi
udang vannamei (Litopenaeus vannamei) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Subkingdom :
Metazoa
Filum :
Artrhopoda
Subfilum : Crustacea
Kelas :
Malascostraca
Subkeas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo :
Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus :
Litopenaeus
Spesies :
Litopenaeus vannamei
a.
Tingkah Laku
Dalam budidaya udang vannamei dan windu kita harus mengenal sifat-sifat (fisiologi) dari udang
windu dan vannamei tersebut beberapa sifat udang Vannamei dan Windu yang perlu
diketahui antara lain :
Nocturnal
yaitu secara alami udang merupakan hewan nocturnal
yang aktif pada malam hari untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari
sebagian dari mereka bersembunyi di dalam substrat atau lumpur. Namun di tambak
budidaya dapat dilakukan feeding dengan frekuensi yang lebih banyak
untuk memacu pertumbuhannya.
Kanibalisme
Udang windu suka menyerang sesamanya, udang sehat akan
menyerang udang yang lemah terutama pada saat molting atau udang sakit. Sifat
kanibal akan muncul terutama bila udang tersebut dalam keadaan kurang pakan dan
padat tebar tinggi.
Pakan dan kebiasaan makan (Feeding behaviour)
Udang vannmie
hidup dan mencari makan di dasar perairan (benthic). Udang vannamie merupakan
hewan pemakan lambat dan terus-menerus dan digolongkan ke dalam
hewan pemakan segala macam bangkai (omnivorous scavenger) atau
pemakan detritus dan karnivora yang memakan krustacea kecil, amphipoda dan
polychaeta.
Molting
Udang vannamie melakukan ganti kulit
(molting) secara berkala. Frekuensi molting menurun seiring dengan makin
besarnya ukuran udang. Pada stadium larva terjadi molting setiap 30-40 jam pada
suhu 280 C. Sedangkan juvenile dengan ABW 1-5 gram mengalami molting
setiap 4-6 hari, selanjutnya pada ABW 15 gram periode molting terjadi sekitar 2
minggu sekali. Kondisi lingkungan dan makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi frekuensi molting. Sebagai contoh, suhu yang tinggi dapat
meningkatkan frekuensi molting. Penyerapan oksigen oleh udang kurang efisien
selam molting, akibatnya selama proses ini beberapa udang mengalami kematian
akibat hypoxia atau kekurangan oksigen dalam tubuh.
BAB III
PERSIAPAN PEMELIHARAAN DAN PANEN
1.
Pengolahan, Pengangatan, dan Pengeringan Lahan
Baik tambak lama maupun tambak baru
perlu dilakukan pengolahan tanah untuk memastikan bahwa tana tidak lagi
menyimpan organisme penyakit. Pengolahan tana meliputi perbaikan pematang dan
saluran serta pendalaman dan perataan dasar tambak. Hal ini dimaksudkan agar
pematang dapat menahan air dengan baik (tidak rembes dan bocor), saluran air
berfungsi baik untuk memasukan dan mengeluarkan air, sedangka pelataran tambak
sebagai subsrat untuk tempat tumbuhnya makanan alami.
Pengangkatan
lumpur (kedok-teplok) sebanyak 5-10 cm sebaiknya dilakukan pada saat lumpur
tambak dalam kondisi lembab, karena dengan cara ini lumpur dapat diangkat
secara sempurna. Pengagkatan lumpur pada saat dasar tambak berair dapat
berakibat senyawa-senyawa beracun dan mikroba patogen akan jatuh kembali ke
dalam tabak.
Pengeringan
dilakukan setelah tambak dalam keadaan bersih. Pengeringan dilakukan dengan
bantuan sinar matahari . sinar matahari dapat dijadikan juga desinfektan,
membantu proses oksidasi yang dapat menetralkan keasaman tanah dan
menghilangkan gas-gas beracun. Dan membantu membunuh telur-telur hama yang
tertinggal. Proses pengeringan tambak dilakukan selama 3-4 hari. Pengeringan
dihentikan apabila dasar tambak sudah kering, tetapi tidak retak agar bakteri
pengurai tetap mampu menjalankan fungsinya.
a. Pengapuran
Kapur berfungsi untuk meningkatkan kapasitas penyangga air dan menaikkan
pH. Beberapa jenis kapur yang biasa digunakan yaitu batu kapur (Crushed line, CaCO3) kapur
mati (slaked lime, Ca(OH2),
dolomite (dolomite lime, CaMg(CO).
Dosis penggunaan masing-masing pupuk berturut-turut yaitu 100-300 kg/ha, 50-100
kg/ha, dan 200-300 kg/ha.
b. Pemupukan
pupuk
ditujukan untuk memesok unsur hara yang sangat diperlukan seperti nitrogen,
fosfor dan kalium untuk pertumbuhan fitoplankton yang terkait dengan produksi
oksigen dadn pakan alami. Pupuk yang digunakan dengan yang digunakan untuk
usaha pertanian berbeda. Secara garis besar pupuk yang digunakan dalam usaha
budi daya pertanian terbagi atas pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik
seperti hijauan, pupuk kandang, dan sisa rumah tangga. Pupuk anorganik seperti
urea, TSG, KCI dan NPK.
c.
Penyediaan Air
kualitas air
tambak sangat erat hubungannya dengan kondisi kesehatan udang. Kualitas air
yang baik mampu mendukung pertumbuhan secara optimal.
Beberapa parameter kualitas air yang harus selalu dipantau antara lain:
a. Parameter fisika.
b. Parameter kimia
c. Parameter biologi (jumlah Vibrio
patogen).
2.
Kualitas dan Penebaran Benur
a.
Kualitas Benur
Kualitas benur memang berperan penting pada
keberhasilan budi daya udanng vannamei karena akan menentukan kualitas setelah
dipanen. Bila kualitas benurnya bagus kemungkinan hasil panennya juga bagus.
Benur vannamei untuk dibudidayakan harus dipilih yang terlihat
sehat. Kriteria benur sehat dapat diketahui dengan melakukan observasi
berdasarkan pengujian visual mikroskopik dan ketahanan benur. Hal tersebut
dapat dilihat dari warna ,ukuran panjang dan bobot sesuai umur PL. Kulit dan
tubuh bersih dari organisme parasit dan patogen, tidak cacat tubuh tidak pucat,
gesit, merespon cahaya, bergerak aktif, dan menyebar didalam wadah.
b. Pengujian visual
Pengujian visual (kasat mata) benur meliputi aktivitas, kondisi sirip dan
ekor, kecepatan pertumbuhan serta keseragaman. Benur yang baik berwarna benig
memanjag kecoklatan, benur yang tidak sehat diciriakan dengan warna putih
coklat, hitam dan kemerahan pada bagian tertentu.
c. Pengujian mikroskopis
Secara mikroskopis benur berkualitas baik pada seluruh permukaan kulitnya
terlihat bersih. Hal tersebut menunjukan bahwa benur mengalami moulting secara periodik. Benur yang
berkualitas jelek terlihat lemah dan pada permukaan kulitnya berwarna coklat
keputihan. Hal tersebut disebabkan infeksi jamur yang menempel pada permukaan
kulit benur vannamei.
d. Penebaran
Sebelum benur ditebar kedalam tambak perlu dilakukan
aklimitisasi (adaptasi) terhadap lingkungan baru. Secara umum ada 2 aklimitasi
yanng bisa dilakukan yaitu :
- Aklimatisasi
suhu
Aklimatisasi
suhu air petakan udang vannamei dilakukan dengan cara meletakan plastik
pengemas yang berisi benur ke dalam tambak. Tindakan tersebut dilakukan hingga
suhu air dalam kemasan plastik mendekati atau sama dengan suhu air petakan yang
dicirikan dengan munculnya embum di dalam plastik.
-
Aklimatisasi
salinitas
Aklimatisasi
salinitas air petakan tambak dilakukan setelah aklimatisasi suhu selsai.
Aklimatisasi salinitas dilakukan dengan cara air tambak dimasukan kedalam
sebanyak 1-2 liter kedalam kemasan plastik benur udang vannamei. Aktivitas
tersebut dihentikan hingga salinitas air dalam kemasan plastik mendekati sama
dengan salinitas air di petakan.
3. Pengelolaan Pakan
a. Kebutuhan Nutrisi
Pakan yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan nutrisi udang vanname. Nutrisi yang dibutuhkan udang vanname
antara lain protein , lemak, vitamin, asam amino esensial. Nutrisi tersebut
digunakan aktivitas pertumbuhan dan reproduksi udang.
Lemak dan karbohidrat merupakan sumber energy. Mineral
dan vitamin berfungsi memperlancar proses metabolisme didalam tubuh udang.
Secara khusus, mineral membantu transportasi energy, menjaga keseimbangan
osmosis, serta membantu menyusun enzim dan hormon serta membantu menyusun
ekoskeleton.
b.
Waktu dan Cara Pemberian Pakan
Pemberian pakan buatan berbentuk
pelet dapat dilakukan sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Namun ukuran
dan jumlah pakan harus diperhatikan secara cermat dan tepat sehingga udang
tidak kekurangan pakan (underfeeding) atau
kelebihan pakan.
Seperti udanng pada umumnya vannamei
bersifat noktural atau aktif pada malam hari. Frekuensi pemberian pakan dapat
diperhitungkan dengan adanya sifat tersebut untuk mendapat nilai FCR atau nilai
konversi yang ideal. Saat pemberian pakan sebaiknya kincir dimatikan untuk
menghindari terbawanya pakan oleh arus air.
Namun demekian oleh karena kincir air berfungsi membantu ketersediaan
oksigen terlarut maka saat mematikanya perlu pertimbangan waktu.
Pakan sebaiknya diberikan di daerah
pakan. Dengan adanya daerah pakan, udang akan muda menemukan pakan yang
disebar. Area daerah pakan berkisar 4-6 m dari tepi tambak.
4. Pengelolaan Kualitas Air
a. Parameter
Kualitas Air
Parameter-parameter kualitas air akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh udang, seperti keaktifan mencari
pakan, proses pencernaan, dan pertumbuhan udang. Kisaran parameter kualitas air
untuk pertumbuhan udang adalah seperti pada beikut :
Parameter
|
Metode atau Alat Uji
|
Waktu Pengujian
|
Angka Refrensi
|
Fisik
|
|||
1. Suhu
|
Termometer
|
Pagi dan Sore Hari
|
26-300 C
|
2. Ph
|
pH meter, Kertas Ph
|
Pagi dan Sore Hari
|
7,5-8,5
|
3. Salinitas
|
Refraktometer
|
Pagi dan Sore Hari
|
15-30 ppt
|
4. DO
|
DO meter
|
02.00-05.00
|
> 3 ppt
|
5. Kecerahan
|
Seicchi disk
|
Siang atau Sore
|
> 30 cm
|
Kecerahan
|
|||
1. Nitrit
|
Test kit
|
Siang atau sore 2-3 x sehari
|
< 0,1 ppm
|
2. Fosfat
|
Test kit
|
Siang atau sore, seminggu sekali
|
1-3 ppm
|
3. Alkalinitas
|
Tistra sam- basa
|
Sianng atau sore
|
> 150 ppm
|
4. Bbesi (Fe)
|
Test kit
|
2-3 Hari sekali
|
< 7 ppt
|
5. H2S
|
Spektrofotometer
|
Berkalah seminggu sekali
|
< 7 ppb
|
Biologi
|
|||
Jumlah Fabrio Patogen
|
Hitung Cawan
|
2-3 hari sekali
|
< 1.000
cfu/ml
|
b. Suhu air
Suhu optimal pertumbuhan udang antara 26-320 C.
Jika suhu lebih dari angka optimum maka metabolisme dalam tubuh udang akan
berlangsung cepat. Imbasnya pada pada kebutuhan oksigen terlarut menigkat.
c. Salinitas dan pH air
Salinitas merupakan salah satu aspek kualitas air yang
memegang peranan penting karena mempengaruhi pertumbuhan udang. Udang yang ber
umur 1-2 bulan memerlukan kadar garam 15-25 ppt agar pertumbuhan dapat optimal.
Setelah umur lebih dari 2 bulan pertumbuhan relatif baik dan kisaran salinitas
yang dibutuhkan 5-30 ppt. Pada musim kemarau kadar garam bisa mencapai 40 ppt.
pH merupakan merupan parameter air untuk mengetahui
derajat keasaman. Air tambak memiliki pH ideal antara 7,5-8,5. Umumnya
perubahan pH air dipengaruhi oleh siffat tanahnya.
d. Kandungan oksigen terlarut (DO)
Kandungan (dissolved
oxigen, DO) sangat mempengaruhi metabolisme tubuh udang. Kadar oksigen
terlarut yang baik berkisar antara 4-6 ppm. Pada siang hari tambak akan
memiliki angka DO yang cendrung tinggi karena ada fotosintesis plankton yang
menghasilkan oksigen keadaan sebaliknya terjadi pada malam hari namun demikian
DO pada malam hari dianjurkan tidak kurang dari 3 ppm.
e. Amonia
Ammonia merupakan senyawa beracun hasil ekskresi atau
pengeluaran kotoran yang berbentuk gas. Selain itu amonia bisa berasal dari
pakan yang tidak dimakan oleh udang sehingga larut dalam air. Amonia akan mengalami proses nitrifikasi dan
dinitrifikasi sesuai siklus nitrogen dalam air ssehingga menjadi nitrit (NO2) dan nitrat (NO3).
Dalam proses nitrifikasi dan denitrifikasi
dapat berjalan lancar bila tersedia bakteri Nitrobacter
dan Nitrosomonas dalam jumlah yang
cukup. Nitrobacter berperan mengubah
amonia menjadi nitrit, sedangkan Nitrosomonas
mengubah nitrit menjadi nitrat.
Untuk mengatasi kandungan amonia yang terlalu tinggi adalah dengan cara
sebagai berikut :
a) Dengan pergantian air secara bertahap dari petak reservoir.
b)
Dengan menggunakan plankton yang baik seperti Chlorella.
c) Aplikasi probiotik seperti Nitrosomonas, Nitrobacter,Rhodopsomonas,
Chromatium dan lain lain.
d) Aplikasi bahan yang dapat digunakan
untuk mengabsorsiamonia seperti Zeolit, Arang atau karbon, Formaline,
Yucca Ekstract.
5.
Hama dan Penyakit
a.
Hama
hama adalah segala hewan (organisme)
yang ada di dalam tambak selain yang dibudidayakan dan dianggap merugikan. Hama
dalam budidaya udang digolongkan menjadi 4 yaitu :
Predator : ikan, ular air, burung, kepiting
Kompetitor
: cacing, siput, serangga, udang-udangan
Perusak
sarana :
kepiting
Pencuri : manusia
b. Penyakit
penyakit dapat muncul dan menyerang
udang vannamei. Beberapa penyakit yang menyerang disebabkan oleh predator,
parasit, bakteri, jamur dan virus.
c. Predator
Predator
adalah segala jenis hewan yang dapat memangsa udang vannamei yang dipelihara
dalam petakan tambak. Beberapa jenis predator udang vannamei yaitu ikan seperti
kakap,dan ikan kerong-kerong. Jenis crustase,
seperti kepiting dan jenis reptil
seperti ular. Selain itu jaga udang liar laut jaga menjadi kompetitor dalam
mencari pakan sehingga udang vannamei akan kekurangan pakan.
d. Parasit
parasit
mudah menyerang udang vannamei jika kualitas air tambak kurang baik terutama
pada kondisi kandungan bahan organik yang tinggi. Parasit akan menempel pada
ingsang, kaki renang dan kaki jalan. Pada kondisi yang parah parasit bisa
menempel pada tubuh udang. Parasit akan terlepas pada tubuh vannamei jika udang
mengalami ganti kulit (moulting).
e. Bakteri dan Jamur
Bakteri dan
jamur tumbuh optimal di perairan yang mengandung bahan organik tinggi (sekitar
50 ppm). Oleh karenanya sebaiknya kandungan bahan organik di air tambak tidak
melebihi 50 ppm. Bakteri yang perlu diwaspadai yaitu bakteri vebrio bakteri ini
menyebabkan penyakit vibriosis yaitu inveksi pada ingsang pada saat inag lemah.
f. Virus
Sala satu
virus spesifik yang menyerang udang adalah Taura
SyndromVirus (TSV), White Spot
Syndrome Virus (WSSV), Infectionus
Hypodermal Haematopoetic Necrosis Virus (IHHNV),
6.
Panen
Panen
merupakan suatu periode budidaya udang vanname yang ditunggu-tunggu oleh
petambak. Udang vanname dapat dipanen setelah umur sekitar 120 hari dengan
berat tubuh berkisar antara 16-20 gr/ekor.
Pada umumnya panen bisa dilakukan kapan saja, tetapi kebanyakan petambak memanennya pada
malam hari. Selain juga untuk menghiondari terik mata hari pemanenan pada malam
hari juga bertujuan menguranggi resiko udang ganti kulit selama panen akibat
stres.Udanng yanng ganti kulit saat panen akan menurunkan harga jual.
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
KESIMPULAN
Dalam
pembesaran udang vannamei ini, ada beberapa tahap yang harus dilakukan
diantaranya :
1.
Persiapan
pemeliharaan meliputi :
·
Pengolahan,
pengangkatan dan pengeringan lahan.
·
Pengapuran,
pemupukan dan penyediaan air.
2.
Seleksi
benur
3.
Penebaraan
4.
Pengelolaan
dan pemberian pakan
5.
Pengelolaan
kualitas air
6.
Penegendalian
hama dan penyakit udang
7.
Pemanenan
Semua tahapan ini harus
dilakukan dengan sesuai tahap, jika tahapan ini terlewatkan satupun maka dalam
pembesaran udang vannamei ini akan gagal.
B.
SARAN
Dalam
pemeliharaan udang vannamei dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian dalam
pemeliharaannya, ini dikarnakan udang vannamei termasuk udang yang mudah
terkena penyakit dan tidak tahan terhadap suhu dan salinitas yang tinggi. Maka
karna itu pengontrolan harus dilakukan setiap hari dan setiap saat.
Bahan dan alat
yang digunakan harus dalam keadaan steril karna, untuk menghindari segala macam
penyakit jika tidak steril maka penyakit akan mudah masuk dalam tambak.
Pakan yang
diberikan pada saat pemeliharaan harus pakan yang berkualitas dan sesuai dengan
kebutuhan udang yang dipelihara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar